... Batuk Pilek: Gejala, Penyebab, Bahaya, dan Cara Mengatasi Secara Medis - Kalila Info

Search Suggest

Batuk Pilek: Gejala, Penyebab, Bahaya, dan Cara Mengatasi Secara Medis

Simak penjelasan lengkap tentang gejala, penyebab, cara diagnose, bahaya komplikasi, dan cara mengatasi batuk pilek secara medis maupun alami.
Batuk Pilek Gejala, Penyebab, Bahaya, dan Cara Mengatasi Secara Medis

Kalilainfo.com - Batuk dan pilek adalah gejala yang sering muncul bersamaan pada penyakit infeksi saluran pernapasan atas seperti flu atau masuk angin. Batuk pilek sendiri merupakan gejala umum yang disebabkan oleh infeksi virus, terutama rhinovirus. Meski umumnya sembuh sendiri dalam 7-10 hari, batuk pilek perlu mendapat perhatian khusus agar tidak berkembang menjadi komplikasi yang lebih serius. 

Berikut ini adalah penjelasan lengkap tentang batuk pilek mulai dari gejala, penyebab, diagnosa, komplikasi yang mungkin timbul, cara mengatasi secara medis, hingga cara mencegahnya.

Gejala Batuk Pilek yang Perlu Diketahui

Batuk pilek merupakan manifestasi umum dari infeksi saluran pernapasan atas oleh virus. Gejalanya muncul secara bertahap dalam tiga fase:

Fase 1 (Hari 1-3)

  • Tenggorokan terasa gatal 
  • Bersin-bersin
  • Hidung tersumbat atau meler
  • Pilek atau ingusan
  • Batuk kering
  • Suara serak

Fase 2 (Hari 4-7)  

  • Sakit kepala
  • Pegal-pegal
  • Mata berair dan gatal
  • Hidung meler parah 
  • Batuk berdahak
  • Demam, terutama pada anak-anak
  • Mudah lelah

Fase 3 (Hari 8-10)

  • Batuk dan gejala lain mulai mereda
  • Batuk berdahak masih mungkin bertahan beberapa minggu

Lama gejala batuk pilek bisa bervariasi, umumnya 7-10 hari. Namun tak jarang gejala bisa bertahan hingga 2-3 minggu terutama pada balita, lanjut usia (lansia), dan mereka dengan daya tahan tubuh lemah.

Penyebab Batuk Pilek yang Perlu Diketahui

Penyebab utama batuk pilek adalah infeksi virus. Lebih dari 200 jenis virus diketahui bisa menginfeksi saluran pernapasan atas dan menimbulkan gejala batuk pilek. Beberapa jenis virus penyebab yang paling umum antara lain:

  • Rhinovirus: merupakan kuman penyebab utama batuk pilek. Diperkirakan rhinovirus menyumbang 30-50% kasus batuk pilek tiap tahunnya.
  • Respiratory syncytial virus (RSV): penyebab umum infeksi saluran pernapasan pada bayi dan balita. 
  • Parainfluenza virus: juga dikenal sebagai virus flu yang bukan influenza. 
  • Human metapneumovirus (hMPV)
  • Adenovirus
  • Coronavirus: beberapa jenis coronavirus bisa menyebabkan gejala batuk pilek ringan hingga sedang. Termasuk di dalamnya coronavirus penyebab COVID-19.

Selain karena virus, batuk pilek juga bisa disebabkan oleh:

  • Alergi terhadap debu, bulu hewan, jamur, dsb. Reaksi alergi dapat memicu pilek dan batuk.
  • Polusi udara akibat asap rokok, asap kendaraan, dsb. 
  • Perubahan cuaca ekstrim, misalnya dari panas ke dingin secara mendadak.
  • Obat-obatan tertentu yang memiliki efek samping batuk kering.
  • Masalah pada hidung seperti deviasi septum atau polip hidung.
  • Refluks asam lambung yang memicu iritasi saluran pernapasan.

Cara Penularan Batuk Pilek

Batuk pilek mudah menular dari satu orang ke orang lain. Penularan umumnya terjadi melalui:

Droplet: percikan dahak atau cairan dari bersin dan batuk. Droplet ini mengandung virus yang dapat terhirup oleh orang di sekitarnya. 

Sentuhan: virus masuk ke tubuh saat menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah kontak dengan benda yang terkontaminasi droplet penderita batuk pilek.

Udara: virus menyebar melalui udara dan terhirup oleh orang di sekitar penderita.

Anak-anak dan balita paling rentan tertular kuman penyebab batuk pilek dari teman sebaya di sekolah dan penitipan anak. Mencuci tangan secara rutin dan menjaga daya tahan tubuh dapat membantu mencegah penularan virus penyebab batuk dan pilek.

Diagnosis Batuk Pilek oleh Dokter 

Untuk mendiagnosis batuk pilek, dokter akan melakukan:

Anamnesis: menanyakan gejala yang dirasakan dan riwayat penyakit pasien.

Pemeriksaan fisik: memeriksa tanda-tanda vital, kondisi tenggorokan, hidung, telinga, paru-paru, dan bagian tubuh lainnya. 

Tes usap tenggorokan: mengambil sampel dari kerongkongan dengan cotton bud untuk dites di laboratorium. Bisa mendeteksi jenis virus penyebabnya.

Tes darah: memeriksa kadar sel darah putih untuk melihat adanya infeksi.

Foto rontgen dada: untuk memastikan apakah batuk pilek sudah menyebabkan infeksi paru-paru seperti pneumonia.

Tes fungsi paru: pemeriksaan kapasitas paru-paru pasien dengan alat spirometer.

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas, dokter dapat menegakkan diagnosis batuk pilek dan menentukan pengobatan yang tepat.

Bahaya dan Komplikasi Batuk Pilek

Meski umumnya sembuh dengan sendirinya, batuk pilek berisiko menimbulkan komplikasi berikut jika tidak ditangani dengan tepat:

  • Infeksi telinga (otitis media)
  • Sinusitis atau radang sinus
  • Bronkitis: peradangan pada bronkus atau cabang batang tenggorokan.
  • Pneumonia: infeksi paru-paru yang berbahaya.
  • Asma: batuk pilek dapat memicu asma pada orang yang memiliki riwayat asma.

Komplikasi di atas lebih sering terjadi pada balita, lansia, penderita penyakit kronis, perokok, dan mereka dengan daya tahan tubuh lemah. Oleh karena itu, penting bagi kelompok risiko tinggi ini untuk segera berobat jika batuk pilek tidak kunjung sembuh.

Cara Mengatasi Batuk Pilek Secara Medis

Cara Mengatasi Batuk Pilek Secara Medis

Berikut beberapa cara mengatasi batuk pilek yang direkomendasikan dokter:

1. Istirahat Cukup 

Cukup istirahat dapat mempercepat pemulihan. Usahakan tidur dan beristirahat lebih awal jika sedang sakit batuk pilek.

2. Banyak Minum Air Putih

Minum banyak air putih atau jus buah segar tanpa gula untuk mencegah dehidrasi. Hindari minuman beralkohol dan kafein yang dapat memperparah batuk.

3. Kompres Air Hangat pada Dada 

Kompres dada dengan air hangat dapat meredakan batuk dan melegakan saluran pernapasan. Lakukan 2-3 kali sehari.

4. Inhalasi Uap Air 

Hirup uap air panas untuk melonggarkan dahak dan meredakan pilek. Gunakan air hangat dalam panci, letakkan wajah di atas panci dan hirup uapnya.

5. Konsumsi Madu

Madu mengandung sifat antibakteri dan pereda batuk alami. Konsumsi 1-2 sendok makan madu untuk meredakan batuk.

6. Obat Batuk Tanpa Resep

Obat batuk tanpa resep dari apotek seperti dekongestan dan pereda batuk dapat meredakan gejala. Baca aturan pakai sebelum mengonsumsinya.

7. Obat Resep Dokter

Jika gejala parah atau ada komplikasi, dokter dapat meresepkan antibiotik, obat anti inflamasi, dan obat lainnya. Patuhi resep dokter.

8. Terapi Saluran Pernapasan

Fisioterapi dada atau terapi pernapasan dapat membantu mengeluarkan dahak dan melegakan saluran pernapasan.

9. Hindari Rokok dan Asap

Jauhi rokok dan paparan asap untuk mencegah batuk kronis dan komplikasi paru-paru. 

Cara Alami Meredakan Batuk Pilek di Rumah

Cara Alami Meredakan Batuk Pilek di Rumah

Selain pengobatan medis, beberapa cara alami berikut ini juga dapat meredakan batuk pilek:

  • Berkumur air garam hangat
  • Minum jus lemon hangat dan madu 
  • Menghirup uap minyak kayu putih
  • Kompres dadakan kunyit hangat
  • Mengonsumsi jahe, bawang putih, dan mint untuk melegakan tenggorokan
  • Olahraga ringan seperti jalan kaki untuk mengencerkan dahak
  • Mandi air hangat sebelum tidur 

Kapan Harus ke Dokter saat Batuk Pilek?

Konsultasikan kondisi Anda ke dokter jika:

  • Batuk disertai demam tinggi, nyeri dada, atau sesak napas. Bisa tanda pneumonia.
  • Batuk berdahak kehijauan atau kekuningan. Bisa tanda infeksi bakteri.
  • Batuk berdarah. Bisa tanda masalah paru-paru yang serius.
  • Batuk lebih dari 3 minggu tanpa membaik. Bisa tanda penyakit kronis.
  • Batuk pilek pada bayi di bawah 3 bulan.
  • Tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering, berkurangnya frequensi buang air kecil.
  • Komplikasi seperti infeksi telinga, sinusitis, bronkitis, atau asma.

Konsultasi dokter penting untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Jangan menunggu terlalu lama jika batuk tak kunjung sembuh.

Cara Mencegah Batuk Pilek Agar Tidak Menular

Cara Mencegah Batuk Pilek Agar Tidak Menular

Untuk mencegah penyebaran virus penyebab batuk dan pilek, lakukan langkah-langkah berikut:

  • Rajin cuci tangan pakai sabun, terutama setelah dari luar rumah. Ajarkan anak-anak untuk selalu cuci tangan.
  • Hindari menyentuh area wajah seperti mata, hidung, dan mulut.
  • Jaga jarak dari orang yang sedang batuk pilek. 
  • Kenakan masker saat berada di keramaian.
  • Hindari berbagi makanan dan minuman dengan orang lain.
  • Bersihkan dan disinfeksi benda-benda di rumah yang sering disentuh.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pola makan sehat bergizi dan olahraga teratur.
  • Vaksinasi flu dan COVID-19 untuk mencegah infeksi virus pernapasan.
  • Beri vitamin C untuk meningkatkan imunitas tubuh.
  • Hindari paparan asap rokok dan polusi udara.

Itulah penjelasan lengkap mengenai batuk pilek dari gejala, penyebab, diagnosa, komplikasi, hingga cara mengatasi dan mencegahnya. Jika batuk disertai demam dan gejala yang mengkhawatirkan, segera bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut. Dengan pengobatan yang tepat, batuk pilek umumnya akan sembuh dalam 1-2 minggu.

Referensi

Greenberg, D. (2022). Acute upper respiratory tract infections in children. Korean Journal of Pediatrics, 65(4), 119.

Jacobs, S. E., Lamson, D. M., St George, K., & Walsh, T. J. (2013). Human rhinoviruses. Clinical microbiology reviews, 26(1), 135-162.

Mak, G. C., Seng, J. J. B., Chow, A., & Win, M. K. (2022). Paediatric acute upper respiratory infections. Journal of paediatrics and child health, 58(1), 22-32.

Ebell, M. H., Lundgren, J., & Youngpairoj, S. (2013). How long does a cough last? Comparing patients' expectations with data from a systematic review of the literature. The Annals of Family Medicine, 11(1), 5-13.

Grohskopf, L. A., Sokolow, L. Z., Broder, K. R., Olsen, S. J., Karron, R. A., Jernigan, D. B., & Bresee, J. S. (2018). Prevention and control of seasonal influenza with vaccines: recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices, United States, 2018-19 influenza season. American journal of transplanation, 18(9), 2157.

Kim, S. Y., Chang, Y. J., Cho, H. M., Hwang, Y. W., & Moon, Y. S. (2015). Non-steroidal anti-inflammatory drugs for the common cold. Cochrane Database of Systematic Reviews, (9).

Warren-Gash, C., Fragaszy, E., Hayward, A. C., Dukes, O., Edmunds, W. J., Brooks-Pollock, E., ... & Zambon, M. (2018). Hand hygiene to reduce community transmission of influenza and acute respiratory tract infection: a systematic review. Influenza and other respiratory viruses, 12(1), 38-49.

Hasegawa, K., Linnemann, R. W., Avadhanula, V., Vargas, Y., & Camargo Jr, C. A. (2015). Respiratory syncytial virus and rhinovirus severe bronchiolitis are associated with distinct nasopharyngeal microbiota. JAIDS Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes, 69(3), e87-e88.

Baca Juga

Posting Komentar

Harap berkomentar tidak mengganggu ya