Kalilainfo.com - Benua Oseania memiliki sejarah panjang sebagai wilayah jajahan Inggris. Penjajahan Inggris di Benua Oseania dimulai pada abad ke-18 dan berlangsung hingga paruh kedua abad ke-20. Selama lebih dari 200 tahun itu, Inggris mengendalikan dan mempengaruhi berbagai wilayah di Benua Oseania.
Meskipun sebagian besar negara di Benua Oseania telah merdeka, warisan penjajahan Inggris masih sangat terasa hingga saat ini. Warisan tersebut tercermin dalam berbagai aspek, mulai dari sistem pemerintahan, hukum, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, bahasa, dan lainnya.
Berikut ini adalah 10 negara bekas jajahan Inggris di Benua Oseania yang memiliki sejarah panjang dan menarik terkait penjajahan Inggris.
1. Australia
Australia adalah bekas jajahan Inggris terbesar dan tersukses di Benua Oseania. Sejarah Australia sebagai jajahan Inggris dimulai pada 26 Januari 1788, ketika Kapten Arthur Phillip mendarat dengan First Fleet di Sydney Cove dan mendirikan pemukiman di sana.
Pemukiman di Sydney ini kemudian berkembang menjadi koloni New South Wales. Selama beberapa dekade berikutnya, koloni-koloni Inggris lainnya didirikan di wilayah Australia, seperti Van Diemen's Land (Tasmania), Swan River (Perth), dan South Australia.
Pada 1850-an, koloni-koloni di Australia mulai diberikan kewenangan untuk mengatur pemerintahan mereka sendiri. Federasi Australia dibentuk pada 1 Januari 1901, yang secara resmi menyatukan semua koloni Inggris di Australia.
Pengaruh Inggris sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan di Australia. Sistem politik dan pemerintahan Australia sangat mirip dengan Inggris, termasuk Westminster System yang dipakai oleh parlemen federal Australia.
Sistem hukum di Australia juga berdasarkan pada Sistem Hukum Umum Inggris (English Common Law System). Dalam aspek budaya juga terlihat pengaruh Inggris yang kuat, seperti dalam gaya hidup, bahasa, makanan, hiburan, dan olahraga yang populer.
2. Selandia Baru
Selandia Baru adalah bekas jajahan Inggris lainnya yang kini merupakan negara merdeka di kawasan Benua Oseania. Sejarah penjajahan Inggris di Selandia Baru dimulai pada tahun 1840.
Pada tanggal 6 Februari 1840, Kapten William Hobson menandatangani Perjanjian Waitangi atas nama Ratu Victoria dari Inggris bersama beberapa pemimpin suku Maori. Perjanjian ini secara resmi mendirikan koloni Inggris di Selandia Baru dan meletakkan dasar bagi ekspansi kolonial Inggris di kepulauan tersebut.
Setelah penandatanganan Perjanjian Waitangi, gelombang besar imigran Inggris dan Eropa datang ke Selandia Baru. Tanah-tanah suku Maori secara besar-besaran diambil alih untuk pembangunan pemukiman dan infrastruktur bagi para pendatang baru ini.
Hubungan antara suku Maori dan pemerintah kolonial Inggris seringkali tegang dan dipenuhi konflik, terutama terkait sengketa tanah. Namun demikian, pemerintahan Inggris berhasil mempertahankan kendali atas Selandia Baru hingga negara ini akhirnya merdeka secara penuh pada tahun 1947.
Pengaruh Inggris sangat besar dalam membentuk berbagai aspek di Selandia Baru, seperti sistem pemerintahan, hukum, bahasa, pendidikan, budaya, dan kehidupan sosial. Bahkan setelah merdeka pun, warisan penjajahann Inggris masih sangat terasa di berbagai bidang kehidupan.
3. Fiji
Fiji adalah sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik yang juga pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Inggris. Pengaruh Inggris pertama kali masuk ke Fiji pada awal abad ke-19 melalui interaksi dagang dan misionaris. Namun baru pada 1874, Fiji secara resmi menjadi koloni Inggris.
Sir Arthur Gordon diangkat sebagai Gubernur pertama Fiji setelah kepulauan ini diserahkan kepada Inggris. Gordon kemudian menerapkan kebijakan yang menguntungkan pihak Eropa, sementara mendiskriminasi penduduk asli Fiji.
Dibawah kekuasaan Inggris, Fiji mengalami banyak perubahan, seperti pertumbuhan perkebunan dan industri gula yang dikelola oleh pemukim Eropa. Ribuan penduduk India juga didatangkan ke Fiji sebagai buruh perkebunan.
Meskipun merdeka pada 1970, warisan penjajahan Inggris masih sangat terasa di Fiji. Ini terlihat dalam sistem politik dan yudisial, gaya hidup urban penduduk, agama Kristen yang dibawa oleh misionaris Inggris, hingga olahraga rugby dan kriket yang populer.
Secara demografis, masyarakat Fiji saat ini didominasi oleh keturunan India yang dibawa sebagai buruh pada masa penjajahan Inggris di Fiji.
4. Papua Nugini
Papua Nugini pernah menjadi bagian dari kolonisasi Inggris di Pasifik. Sejarah kolonisasi Inggris di Papua Nugini dimulai pada tahun 1884 ketika wilayah tersebut dijadikan protektorat Inggris.
Pada 1906, Inggris secara resmi mendeklarasikan Papua Nugini sebagai wilayah koloni mereka. Sejak saat itu, Inggris mengendalikan wilayah Papua Nugini dan melakukan berbagai eksploitasi sumber daya alam disana.
Dibawah kekuasaan Inggris, banyak sumber daya alam di Papua Nugini dieksploitasi, seperti tambang emas, tembaga, minyak, dan kayu. Selain itu wilayah pedalaman Papua Nugini juga dieksploitasi untuk perkebunan kelapa sawit dan kakao.
Suku-suku asli di Papua Nugini mengalami berbagai tekanan dan diskriminasi di bawah kekuasaan kolonial Inggris. Mereka kehilangan hak atas tanah dan sumber daya alam mereka sendiri.
Setelah Perang Dunia 2, gerakan kemerdekaan semakin menguat di Papua Nugini. Akhirnya pada tahun 1975, Papua Nugini memproklamirkan kemerdekaannya dari Inggris dan menjadi negara merdeka.
Meskipun sudah merdeka, warisan penjajahan Inggris masih sangat terasa di Papua Nugini. Ini tercermin dari sistem politik Westminster dan Common Law warisan Inggris yang dipakai di negara ini.
5. Kepulauan Solomon
Kepulauan Solomon terletak di Pasifik Barat Daya dan juga merupakan bekas jajahan Inggris. Sejarah Inggris di Kepulauan Solomon dimulai pada tahun 1893 ketika Inggris menyatakan Kepulauan Solomon sebagai protektorat Inggris.
Pada 1897 wilayah ini kemudian secara resmi menjadi bagian dari Imperium Inggris. Penjajahan Inggris di Kepulauan Solomon terfokus pada pengerukan sumber daya alam, khususnya penambangan emas di pulau Guadalcanal.
Selama periode kolonial Inggris, masyarakat asli Kepulauan Solomon menghadapi berbagai diskriminasi dan ketidakadilan. Mereka kehilangan tanah dan hak dasar lainnya.
Pada 1978 Kepulauan Solomon akhirnya merdeka dari penjajahan Inggris setelah bertahun-tahun perjuangan politik. Meskipun bebas dari Inggris, warisan kolonial masih sangat kuat di Kepulauan Solomon.
Bahasa resmi di Kepulauan Solomon adalah bahasa Inggris. Selain itu, agama Kristen yang kini dianut oleh sebagian besar penduduk Kepulauan Solomon juga warisan dari masa penjajahan Inggris di wilayah ini.
6. Vanuatu
Vanuatu, yang dulu dikenal sebagai New Hebrides, adalah negara di kawasan Pasifik yang juga pernah dijajah oleh Inggris bersama Prancis pada abad ke-19. Status Vanuatu sebagai koloni bersama Inggris-Prancis dimulai sejak Konvensi Inggris-Prancis pada tahun 1906.
Di bawah kekuasaan gabungan Inggris dan Prancis ini, kehidupan masyarakat asli Vanuatu sangat tereksploitasi demi kepentingan kolonialis. Mereka dieksploitasi sebagai buruh murah di perkebunan kopra milik Eropa.
Pada 1980, Vanuatu akhirnya merdeka setelah puluhan tahun perjuangan melawan penjajah Inggris dan Prancis. Meskipun Vanuatu kini merdeka, warisan penjajahan Inggris masih sangat kuat, misalnya dalam sistem pemerintahan dan peradilan yang mengadaptasi model Inggris.
7. Samoa
Samoa, yang terletak di Pasifik Selatan, juga pernah berada di bawah kekuasaan Inggris walaupun hanya untuk periode singkat. Sejarah penjajahan Inggris di Samoa dimulai pada awal abad ke-20 setelah Perang Dunia 1.
Sebelumnya Samoa dikuasai oleh Jerman. Namun setelah Perang Dunia 1 dimenangkan Sekutu, Liga Bangsa-Bangsa menyerahkan mandat atas Samoa kepada Inggris pada tahun 1920. Inggris kemudian memerintah Samoa selama 8 tahun sebelum akhirnya mengembalikan kekuasaan ke tangan warga Samoa pada tahun 1962.
Meskipun penjajahan Inggris relatif singkat, Samoa tetap merasakan pengaruh yang cukup besar. Inggris meninggalkan warisan berupa sistem pendidikan, infrastruktur jalan, bandara, dan pelabuhan di Samoa.
Bahasa Inggris juga diajarkan secara luas kepada penduduk Samoa pada masa pemerintahan Inggris. Dampaknya, penggunaan bahasa Inggris masih cukup tinggi di kalangan masyarakat Samoa saat ini.
8. Tonga
Kerajaan Tonga yang terletak di Pasifik Selatan juga sempat berada di bawah kekuasaan Imperium Inggris. Tonga pertama kali menjadi wilayah protektorat Inggris pada tahun 1900 setelah Inggris dan Jerman menandatangani Traktat Persahabatan.
Di bawah Inggris, Tonga diperintah oleh seorang residen Inggris yang bertugas menasihati Raja Tonga. Residen Inggris di Tonga memiliki kekuasaan yang sangat besar dan dapat menggulingkan keputusan raja Tonga.
Penjajahan Inggris di Tonga lebih bersifat tidak langsung. Mereka tetap mempertahankan monarki dan lembaga adat Tonga agar dapat mengeksploitasi sumber daya alam negara ini dengan mudah.
Pada 1970 Tonga akhirnya merdeka secara penuh dari Inggris. Namun warisan kolonial Inggris masih sangat kuat, khususnya gereja Methodis dan sistem pendidikan ala Inggris. Bahasa Inggris juga masih digunakan secara luas di lembaga pemerintahan Tonga.
9. Kiribati
Kiribati, atau dikenal sebagai Kepulauan Gilbert semasa penjajahan, merupakan bekas wilayah kekuasaan Imperium Inggris di Samudra Pasifik. Sejarah Inggris di Kiribati bermula pada 1892 setelah Inggris menyatakan Kepulauan Gilbert sebagai protektoratnya.
Pada 1916 Kepulauan Gilbert secara resmi menjadi bagian dari kolonial Inggris dengan ibu kota di Kepulauan Tarawa. Inggris kemudian mengeksploitasi sumber daya alam dan mengerahkan penduduk asli Kiribati sebagai buruh murah di tambang fosfat.
Setelah bertahun-tahun perjuangan melawan Inggris, Kiribati akhirnya merdeka pada 1979. Kemerdekaan Kiribati tidak serta merta menghapuskan warisan penjajahan Inggris.
Sistem peradilan, pemerintahan lokal, dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pendidikan formal di Kiribati adalah peninggalan dari masa penjajahan Inggris di negara ini.
10. Tuvalu
Tuvalu adalah negara kepulauan terpencil di Pasifik yang juga pernah menjadi koloni Inggris. Sejarah hubungan Tuvalu dan Inggris dimulai pada abad ke-19 ketika misionaris dan pedagang Inggris mulai memasuki wilayah ini.
Pada 1892, Inggris menyatakan Tuvalu sebagai bagian dari Protektorat Kepulauan Gilbert dan Ellice. Inggris kemudian menggabungkan Tuvalu dengan Kiribati dibawah Koloni Kepulauan Gilbert dan Ellice pada 1916.
Di bawah Inggris, nama Tuvalu diganti menjadi Ellice Islands. Inggris kemudian mengeksploitasi sumber daya alam Tuvalu, terutama pohon kelapa untuk diambil kopranya. Selain itu Inggris juga memaksa penduduk asli Tuvalu untuk bekerja di tambang fosfat di Kiribati dan Nauru.
Setelah Perang Dunia 2, gerakan kemerdekaan di Tuvalu semakin kuat. Akhirnya pada tahun 1978, Tuvalu merdeka dari Inggris dan kembali memakai nama aslinya. Meskipun sudah merdeka, pengaruh dan warisan penjajahan Inggris masih sangat kuat di Tuvalu.
Kesimpulan
Benua Oseania, dengan wilayah yang sangat luas, pernah menjadi target ekspansi kolonial Kerajaan Inggris selama ratusan tahun. Pengaruh Inggris sangat besar dalam membentuk sejarah, politik, budaya, dan aspek kehidupan lain di Benua Oseania.
Hingga kini, warisan penjajahan Inggris masih terasa di 10 negara bekas jajahan Inggris di Benua Oseania yang telah dibahas di atas. Meskipun sebagian besar negara-negara tersebut telah merdeka, berbagai sistem dan aspek kehidupan masih sangat dipengaruhi oleh penjajah Inggris.
Mulai dari sistem pemerintahan, hukum, militer, pendidikan, ekonomi, budaya, gaya hidup, bahasa, agama, dan lainnya masih menunjukkan pengaruh kuat dari ratusan tahun penjajahan Inggris di Benua Oseania.