... Perkembangan Produksi Gula di Indonesia - Kalila Info

Search Suggest

Perkembangan Produksi Gula di Indonesia

Perkembangan produksi gula di Indonesia saat ini dinilai masih menghadapi berbagai tantangan. Produksi gula lokal baru mampu memenuhi 50% dari total
Perkembangan Produksi Gula di Indonesia

Kalilainfo.com - Indonesia sebagai salah satu negara agraris dengan iklim tropis memiliki potensi besar untuk pengembangan industri gula nasional. Namun demikian, produktivitas gula dalam negeri dinilai masih jauh tertinggal dibandingkan negara penghasil gula utama dunia seperti Brasil dan India. 

Berikut perkembangan terkini seputar produksi gula di Tanah Air.

Potret Industri Gula Nasional

Gula merupakan salah satu komoditas strategis dan bahan pokok di Indonesia dengan tingkat konsumsi mencapai 5,7 juta ton per tahun. Kebutuhan gula ini dipasok dari produksi dalam negeri dan impor.

Data Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa luas lahan perkebunan tebu di Indonesia saat ini mencapai 441 ribu hektare dengan rata-rata produktivitas 70 ton per hektare. Adapun produksi gula nasional baru terpenuhi 2,87 juta ton atau sekitar 50 persen dari total kebutuhan.

Artinya, Indonesia masih mengandalkan impor gula mentah khususnya dari Brasil dan Thailand guna memenuhi kekurangan pasokan dalam negeri. Setelah diimpor, gula mentah tersebut kemudian diolah lebih lanjut di pabrik gula milik perusahaan besar seperti PTPN maupun swasta.

Beberapa permasalahan yang kerap dihadapi industri gula Tanah Air antara lain tingkat produktivitas perkebunan tebu dan efisiensi pabrik gula yang masih tergolong rendah. Selain itu, risiko gagal panen dan fluktuasi harga tebu juga membuat petani sering merugi.

Di sisi lain, serbuan gula impor dengan harga murah menyebabkan produsen dalam negeri kesulitan bersaing. Apalagi dengan maraknya penggunaan pemanis buatan seperti aspartam dan sakarin yang makin meruntuhkan pangsa pasar gula.

Upaya Peningkatan Produktivitas Gula Nasional

Guna mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat kedaulatan pangan, Pemerintah terus menggencarkan program peningkatan produksi gula dalam negeri. Salah satu andalan adalah program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Tebu (Gernas Protebu) yang dimulai sejak tahun 2021. 

Melalui Gernas Protebu, petani tebu dibekali pengetahuan dan teknologi terkini untuk meningkatkan produktivitas, seperti penggunaan varietas unggul, pupuk berimbang, dan teknik budidaya terbaik. Target kenaikan produktivitas adalah dari 70 ton per hektare menjadi 90-100 ton per hektare.

Sementara itu, upaya peningkatan efisiensi dilakukan melalui revitalisasi pabrik gula tua dengan mengganti mesin pengolahan dan teknologi modern. Tujuannya adalah menekan tingkat rendemen seminimal mungkin agar porsi gula yang dihasilkan lebih besar dari tebu yang digiling.

Dari sisi regulasi, Pemerintah memberlakukan bea masuk cukup tinggi terhadap gula impor guna melindungi petani dan produsen dalam negeri. Kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) gula konsumsi juga bertujuan menjaga daya beli masyarakat dengan harga gula yang terjangkau.

Berbagai upaya tersebut diharapkan mampu mendorong pertumbuhan produksi gula nasional hingga 40-45% dalam 5 tahun ke depan, sehingga impor gula dapat ditekan hingga 30-40% dari total kebutuhan.

Tantangan Industri Gula ke Depan 

Walaupun sejumlah terobosan telah dilakukan, sektor pergulaan dalam negeri diprediksi masih akan menghadapi tantangan berat di masa mendatang. Setidaknya terdapat 4 tantangan utama yang perlu diwaspadai.

Pertama, ancaman dampak perubahan iklim yang kerap memicu gagal panen tebu. Kedua, makin ketatnya persaingan dengan negara produsen gula skala besar yang jauh lebih efisien biayanya. 

Ketiga, tren penurunan konsumsi gula secara global seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya diabetes. Keempat, berkembangnya teknologi pembuatan pemanis buatan pengganti gula yang makin populer di pasaran. 

Jika tidak diantisipasi sejak dini, prediksi FAO menyebutkan produksi gula global akan over supply hingga 10 juta ton pada 2030 mendatang akibat penurunan konsumsi di sejumlah negara.

Oleh sebab itu, terobosan-terobosan baru dalam sektor hilir sangat dibutuhkan agar produk gula dalam negeri tetap memiliki daya saing kuat. Salah satunya adalah optimalisasi produksi gula rafinasi dengan standar ekspor untuk menembus pasar global.

Di sisi lain, diversifikasi produk turunan tebu seperti bioetanol dan bahan kimia nabati perlu digenjot untuk mengurangi ketergantungan pada gula konsumsi semata. Dengan berbagai langkah antisipatif tersebut, diharapkan masa depan industri gula Tanah Air akan lebih cerah.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan berat dalam upaya mewujudkan swasembada gula. Produksi gula dalam negeri baru mampu memenuhi 50% total kebutuhan nasional sehingga ketergantungan impor masih sangat besar.  

Rendahnya produktivitas tebu dan efisiensi pabrik gula menjadi faktor utama minimnya pasokan gula lokal. Sementara itu, ancaman perubahan iklim, persaingan global, dan tren penurunan konsumsi gula turut mempersulit. 

Namun berbagai program peningkatan produktivitas gula terus digenjot pemerintah. Diharapkan hasilnya bisa dirasakan dalam 5-10 tahun mendatang, sehingga tingkat swasembada gula nasional dapat meningkat tajam menjadi 70-80% dari kebutuhan.

Untuk itu, dukungan penuh dari berbagai pihak mulai petani tebu, perusahaan perkebunan, hingga instansi terkait sangat dibutuhkan demi mewujudkan target tersebut. Dengan sinergi dan kerja keras bersama, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi pemain utama di industri pergulaan global suatu saat nanti.

Referensi

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2022). Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik Gula Tahun 2022. Jakarta: BPS.

Asosiasi Gula Indonesia. (2023). Laporan Tahunan Industri Gula Nasional 2022. Jakarta: Dewan Gula Indonesia.

Sinar Tani. (2023). Tantangan Swasembada Gula yang Harus Segera Teratasi. Diakses dari sinartani.com pada tanggal 10 Januari 2023.

Katadata. (2022). Kolaborasi Mutlak Wujudkan Swasembada Gula 2025. Diakses dari katadata.co.id pada tanggal 25 November 2022. 

Food and Agriculture Organization. (2021). Sugar Market Review 2021. Rome: FAO.

Perdana, T. (2021). Strategi Meningkatkan Daya Saing Industri Gula Nasional. Jurnal Ilmiah Canrea, 5(2), 57-68.

Prasetyo, B., & Titi Candra Sunarti. (2019). Analisis Industri Gula Indonesia: Menuju Swasembada. Jurnal Manajemen & Agribisnis, 16(1), 1-12.

Baca Juga

Posting Komentar

Harap berkomentar tidak mengganggu ya