... 10 Negara Bekas Jajahan Jerman di Afrika dan Pasifik - Kalila Info

Search Suggest

10 Negara Bekas Jajahan Jerman di Afrika dan Pasifik

10 negara di Afrika dan Pasifik yang pernah menjadi jajahan Jerman pada akhir abad ke-19 hingga kalah dalam Perang Dunia I. Termasuk di dalamnya
10 Negara Bekas Jajahan Jerman di Afrika dan Pasifik

Kalilainfo.com - Jerman adalah salah satu negara di Eropa yang pernah memiliki jajahan di berbagai belahan dunia. Sebagai negara kolonial, Jerman pernah menguasai wilayah-wilayah di berbagai benua, termasuk Afrika, Asia, dan Oseania. Meskipun sejarah kolonialisme Jerman tidak sebesar negara-negara lain seperti Inggris atau Belanda, namun pengaruhnya tetap dirasakan hingga saat ini.

Berikut adalah daftar negara bekas jajahan Jerman yang pernah menjadi bagian dari kekuasaan kolonial Jerman:

1. Afrika Selatan (Namibia)  

Namibia, yang dulunya dikenal sebagai Deutsch-Südwestafrika (Afrika Barat Daya Jerman), adalah bekas koloni Jerman di Afrika dari tahun 1884 hingga 1915. Kekaisaran Jerman menggunakan wilayah gurun dan padang rumput luas ini sebagai sumber bahan baku dan untuk pengembangan pemukiman bagi warga Jerman.

Jerman menerapkan hukum apartheid dan kerja paksa terhadap suku asli Namibia, terutama Herero dan Nama untuk bekerja di tambang berlian dan tembaga. Ribuan orang tewas dalam pemberontakan melawan penindasan yang kejam ini. Baru setelah Perang Dunia 1 berakhir pada 1915, Afrika Selatan mengambil alih wilayah bekas jajahan Jerman tersebut dibawah mandat Liga Bangsa-bangsa, sebelum akhirnya Namibia merdeka pada 1990.

Meski sudah lama lepas dari Jerman, pengaruh budaya dan bahasa Jerman masih cukup kuat di Namibia. Sejumlah keturunan Jerman masih menetap dan ikut mewarnai keragaman etnis di sana. Hubungan bilateral Namibia-Jerman dewasa ini juga terus berkembang di bidang ekonomi, pembangunan dan penyelesaian warisan masa lalu yang kelam.

2. Tanzania

Tanganyika (sekarang bagian dari Tanzania) sempat menjadi protektorat Jerman antara tahun 1885 hingga 1919 dengan nama Afrika Timur Jerman atau Deutsch-Ostafrika. Selama masa penjajahan, Jerman mengeksploitasi wilayah koloni seluas 1 juta km2 tersebut sebagai penghasil rempah-rempah, kapas, kopi dan sisal.

Ribuan penduduk setempat juga dipaksa untuk bekerja sebagai tentara, pekerja atau pembawa barang dengan upah rendah untuk kepentingan penjajah Jerman. Hal ini memicu pemberontakan suku-suku di Tanganyika. Setelah Perang Dunia 1, wilayah koloni Afrika Timur Jerman ini dinyatakan sebagai wilayah Liga Bangsa-Bangsa dibawah Inggris hingga merdeka pada 1961 menjadi bagian dari Tanzania.

Ekonomi Tanzania pasca kemerdekaan sempat dipengaruhi model sentralisasi warisan penjajahan Jerman. Namun peninggalan fisik dan budaya Jerman di Tanzania tidak sebesar di Kenya atau Namibia. Sejumlah keturunan Jerman yang cukup berpengaruh masih menetap hingga kini di sana.

3. Kamerun  

Jerman menguasai Kamerun sebagai salah satu wilayah protektoratnya di Afrika Barat dari tahun 1884 hingga 1916. Selama lebih dari 30 tahun penjajahan, Jerman mengeksploitasi sumber daya alam Kamerun untuk memenuhi bahan baku industri di negara induknya.

Di bawah kepemimpinan Gubernur Jesko von Puttkamer, pemerintah kolonial Jerman juga sangat menindas dan memaksa penduduk setempat untuk bekerja paksa demi kepentingan ekonomi penjajah. Von Puttkamer bahkan dikenal sebagai "Anjing Penjaga Kamerun" karena kekejamannya.

Setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia 1, Kamerun dibagi dua, dengan Prancis menguasai bagian terbesar (80%). Peninggalan Jerman masih ada dalam sistem hukum dan bahasa di negara Afrika Tengah tersebut, mengingat Kamerun dulunya terbagi dalam dua zona.

Namun Kamerun sudah lama lepas dari Jerman dan kini menjadi negara merdeka. Hubungan diplomatik kedua negara masih terus berlanjut, meski harus diwarnai permintaan maaf dan ganti rugi sejarah kelam penindasan Jerman di masa lalu.

4. Togoland (Togo)

Daerah perbatasan di Afrika Barat yang kini dikenal sebagai negara Togo juga pernah diduduki Jerman selama 30 tahun lebih. Awalnya berada di bawah protektorat pada 1884, wilayah koloni yang dinamakan Togoland ini kemudian dianeksasi penuh oleh Jerman.

Selama masa penjajahan Jerman di Togoland, terjadi berbagai kerusuhan dan pemberontakan oleh suku-suku setempat seperti Ewe akibat politik diskriminatif dan represif yang dilakukan pemerintah kolonial Jerman waktu itu. Salah satu gubernurnya, Duke Adolf Friedrich zu Mecklenburg bahkan terkenal sangat brutal dan mendapat julukan "Si Macan dari Togo".

Setelah Perang Dunia 1 usai, wilayah Togoland diambil alih oleh Prancis dan Inggris. Pengaruh Jerman memudar, meskipun masih tersisa dalam sejarah kelam penindasan di masa lalu. Kini Togo telah merdeka sejak tahun 1960 sebagai sebuah republik dengan 17 wilayah administratif.

5. Papua Nugini

Papua Nugini kini mencakup wilayah pulau Nugini, Papua, dan ratusan pulau di sekitarnya. Sebelum Perang Dunia I, Jerman menguasai bagian utara pulau Nugini sebagai Nugini Jerman sejak 1884.

Jerman memanfaatkan koloni ini khususnya untuk perkebunan kelapa sawit dan penambangan emas. Setelah kalah perang, Nugini Jerman jatuh ke tangan Australia sebagai mandat Liga Bangsa-Bangsa. Wilayah ini akhirnya merdeka sebagai Papua Nugini pada 1975.

Papua Nugini kini masih menyimpan sejumlah peninggalan sejarah Jerman, seperti arsitektur, infrastruktur, hingga industri perkebunan dan tambang. Sejarah kolonialisme Jerman kerap mencuat dalam hubungan diplomatik kedua negara hingga kini.

6. Samoa

Kepulauan Samoa terletak di Samudra Pasifik bagian tengah. Pada 1899, Samoa dibagi atas Samoa Amerika dan Samoa Jerman. Samoa Jerman kemudian menjadi pelabuhan dan pangkalan armada laut Kekaisaran Jerman.

Usai Perang Dunia I pada 1920, Samoa Jerman diserahkan kepada Selandia Baru sebagai mandat Liga Bangsa-Bangsa. Selandia Baru kemudian mendominasi wilayah ini hingga 1962 ketika Samoa mencapai kemerdekaan penuhnya.

Kini Samoa masih menganggap Selandia Baru sebagai mitra dagang utamanya. Sementara pengaruh budaya dan jejak sejarah Jerman masih nampak dalam arsitektur dan tradisi setempat meski tak sekuat di masa lalu.

7. Rwanda dan Burundi

Sebelum dijajah Jerman, Rwanda dan Burundi merupakan dua kerajaan yang saling bertetangga. Keduanya kemudian menjadi bagian dari Afrika Timur Jerman pada 1888 hingga Perang Dunia I. Setelah Jerman kalah perang, wilayah ini diserahkan ke Belgia.

Di bawah Belgia, konflik etnis di Burundi dan Rwanda semakin meruncing. Belgium juga memperlakukan secara berbeda suku Hutu dan Tutsi, yang makin memperdalam jurang pemisah keduanya.

Rwanda dan Burundi akhirnya merdeka pada 1962, namun ketegangan etnis masih meluas. Di Rwanda, ketegangan etnis berujung tragedi Genosida Rwanda pada 1994 yang menewaskan lebih dari 800 ribu orang dalam waktu singkat.

8. Nauru

Nauru adalah sebuah pulau kecil di Pasifik yang menjadi rebutan sejumlah kekuatan kolonial. Jerman menguasai Nauru pada 1888 demi mengeksploitasi endapan fosfatnya yang kaya untuk pupuk pertanian Eropa.

Setelah Perang Dunia I, Nauru menjadi mandat Britania Raya hingga akhir Perang Dunia II. Kemudian Australia mengambil alih pengelolaan Nauru sebelum wilayah ini merdeka pada 1968.

Nauru kini miskin sumber daya alam akibat pengerukan besar-besaran fosfat di masa kolonial. Sebagian besar penduduknya telah bermigrasi ke luar negeri. Kondisi ini kerap dianggap warisan sejarah gelap kolonialisme di Nauru.

9. Kepulauan Marshall

Kepulauan Marshall terdiri dari 29 atol dan 5 pulau karang di Pasifik bagian utara. Jerman menjajah kepulauan ini pada 1885. Kepulauan ini kemudian menjadi wilayah ekspansi Imperium Jepang hingga berakhirnya Perang Dunia II.

Kepulauan Marshall akhirnya menjadi wilayah perwalian PBB di bawah Amerika Serikat dari 1947 hingga 1986. Selama masa itu, Amerika Serikat melakukan uji coba senjata nuklir di atol Bikini dan Enewetak pada 1940-1950-an.

Meski telah merdeka, dampak ujian nuklir dan sejarah kolonialisme tetap memberi trauma hingga kini bagi penduduk Kepulauan Marshall. Bahkan kini masih ada gugatan tehadap Pemerintah AS akibat uji coba nuklir di masa lalu tersebut.

10. Kepulauan Mariana Utara

Kepulauan Mariana Utara mencakup 14 pulau vulkanik di Samudra Pasifik bagian barat. Jerman menguasai kepulauan ini pada 1899 hingga awal Perang Dunia I di 1914. Kekuasaan beralih ke Jepang hingga akhir Perang Dunia II di 1945.

Pasca perang, Kepulauan Mariana Utara berada di bawah perwalian PBB yang dipegang Amerika Serikat. Baru pada 1986, kepulauan ini menjadi wilayah politik yang terikat secara bebas dengan Amerika Serikat.

Kini, Kepulauan Mariana Utara menyimpan sejumlah fasilitas dan pangkalan militer gabungan antara Amerika Serikat dan Jepang. Kondisi ini kerap menuai kritik sebagai bentuk neokolonialisme di kepulauan tersebut oleh sejumlah aktivis pro-kemerdekaan.

Kesimpulan

Masa penjajahan Jerman di luar Eropa memang relatif singkat, yakni hanya sekitar 30 hingga 40 tahun di akhir abad ke-19 hingga kalah perang dunia 20. Namun dampaknya cukup mendalam bagi sejarah perlawanan kolonialisme di negara-negara bekas jajahan seperti Namibia, Tanzania, Kamerun, Togo dan Mikronesia.

Meskipun jejak arsitektur dan budaya Jerman di bekas wilayah-wilayah taklukannya tidak sekuat pengaruh Inggris atau Belanda, warisan sejarah kelamnya tetap terkenang di sejumlah negara di Afrika dan Pasifik yang pernah 'dirasuki' Kekaisaran Jerman suatu masa silam.

Baca Juga

Posting Komentar

Harap berkomentar tidak mengganggu ya