... Diare pada Anak: Gejala, Faktor Risiko,Cara Penanganan dan Pengobatan yang Tepat - Kalila Info

Search Suggest

Diare pada Anak: Gejala, Faktor Risiko,Cara Penanganan dan Pengobatan yang Tepat

Artikel ini membahas seluk-beluk diare pada anak secara komprehensif, mulai dari penyebab, faktor risiko, cara mencegah, mengenali gejala, mengobati
Diare pada AnakGejala, Faktor Risiko,Cara Penanganan dan Pengobatan yang Tepat

Kalila Info - Diare pada anak merupakan gangguan sistem pencernaan ditandai dengan buang air besar (defekasi) yang tidak normal dan meningkatnya frekuensi BAB cair atau setengah padat dalam sehari. 

Kondisi ini sangat riskan menyebabkan dehidrasi pada tubuh anak dengan cepat mengingat zat cair dan elektrolit dalam tubuh banyak yang terbuang melalui tinja cair akibat diare. Oleh sebab itu, orang tua wajib waspada dan mengetahui cara mengenali, mencegah, serta mengobati diare pada anak secara tepat.

Gejala Umum Diare pada Anak

Beberapa tanda dan gejala yang biasa muncul saat anak mengalami diare meliputi:

1. Defekasi berupa tinja/feses encer maupun setengah cair lebih dari 3 kali dalam sehari. Normalnya bayi berusia 0-12 bulan BAB sebanyak 1 sampai 4 kali sehari, sedangkan balita dan anak usia 1-5 tahun BAB 1-2 kali sehari.

2. Tinja atau feses dengan warna yang tidak seperti biasanya, misalnya: hijau, kecoklatan, kemerahan, sampai hitam pekat. Perubahan warna tinja mencerminkan adanya perdarahan pada saluran cerna bagian bawah.  

3. Kandungan tinja berupa lendir atau mukus berlebihan juga darah segar atau darah yang sudah menggumpal.

4. Buang air besar disertai dengan rasa perih dan sakit di area dubur.

5. Anak tampak rewel dan gelisah karena perut mulas, mual, serta rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah akibat kembung atau kram perut.

6. Hilangnya nafsu makan sehingga anak menolak untuk makan dan minum, terutama anak balita.

7. Adanya tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung, berkurangnya frekuensi BAB, tidak ada air mata, serta mulut dan bibir yang sangat kering.

8. Demam dengan suhu badan di atas 38 derajat Celsius yang dapat menyebabkan tubuh terasa lemas, lesu, dan lunglai serta menggigil.

9. Muntah-muntah secara terus menerus selain diare juga bisa terjadi pada anak.

Sebab-sebab Terjadinya Diare pada Anak 

Sebab-sebab Terjadinya Diare pada Anak

Penyebab utama terjadinya diare pada anak disebabkan oleh masuk atau invasi mikroorganisme patogen berupa virus, bakteri, parasit, serta jamur ke saluran pencernaan. 

Beberapa sebab diare akut maupun kronis pada anak yang perlu diketahui antara lain:

1. Infeksi Virus 

  • Virus rotavirus dari kelompok RNA virus diketahui sebagai biang utama kejadian diare akut sporadis ataupun epidemik yang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. 
  • Selain itu, infeksi virus lain seperti adenovirus, norovirus calicivirus juga banyak menyerang saluran cerna anak terutama yang berusia 3 sampai 35 bulan dan memicu muntah plus diare cair.

2. Infeksi Kuman Bakteri

Beragam jenis bakteri penginfeksi saluran cerna yang jamak menjadi penyebab infeksi usus pada anak meliputi:

  • Escherichia coli atau E.coli adalah kuman bakteri coliform Gram-negatif anaerob yang paling sering ditemukan pada kasus diare anak diare baik nosokomial maupun komunitas dengan gejala utama berupa diare berdarah.
  • Salmonella, misalnya Salmonella typhimurium dan Salmonella enteritidis adalah penyebab infeksi saluran empedu, usus halus dan usus besar yang menimbulkan muntah, demam tinggi, kram perut, dan diare cair pada bayi ataupun anak-anak. 
  • Shigella sp Shigella dysenteriae, Shigella flexneri_, dan lainnya  mampu menginvasi sel epitel permukaan usus besar dan mengakibatkan radang hebat pada usus besar atau kolitis yang bermanifestasi dengan diare berdarah (disentri) disertai demam dan kejang perut.
  • Sedangkan Campylobacter jejuni umumnya menyerang usus halus dan kolon dengan gejala diare yang sangat cair bahkan berair disertai lendir dan darah dalam tinja.

3. Infeksi Parasit pada Usus

  • Giardia lamblia atau Giardia intestinalis merupakan parasit protozoa usus yang penyebarannya sangat cepat dan masif melalui air atau makanan terkontaminasi. Giardiasis pada anak menimbulkan diare kronis dengan tinja berlendir, mual, serta kram perut yang berlangsung 2-4 minggu jika tidak diobati.
  • Cryptosporidium adalah parasit usus kecil lain penyebab diare berair yang akut dan dapat pulih sendiri dalam waktu 1-2 minggu. Namun pada anak gizi buruk dan daya tahan tubuh rendah, infeksi cryptosporidiosis ini berisiko fatal. 

4. Alergi Pangan 

Alergi protein pada makanan tertentu kerap memicu reaksi berlebihan pada sistem kekebalan tubuh anak sehingga terjadi iritasi dan peradangan usus yang menimbulkan diare kronis. 

Beberapa makanan yang paling sering menjadi alergen adalah protein pada susu sapi, telur, gandum, kacang-kacangan, ikan, kerang, serta buah-buahan.

5. Laktosa Intolerance

Anak dengan kondisi ketidak-toleran atau kurangnya enzim pencernaan laktosa akan mengalami diare osmotik yang cair setelah mengonsumsi susu sapi dan produk dairy lain dalam jumlah tertentu.

6. Efek Samping Medikasi/Obat-obatan

Banyak obat yang diresepkan untuk pengobatan penyakit anak lainnya justru menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan, salah satunya diare.

Beberapa kategori obat berikut punya risiko tinggi menyebabkan diare yang cukup parah sebagai efek sampingnya, yaitu:

  • Antibiotika dengan spektrum luas seperti amoksisilin dan azitromisin
  • Obat antihipertensi jenis diuretik 
  • Supplement vitamin dan mineral tertentu
  • Obat antasida yang mengandung magnesium
  • Obat antidepresi jenis SSRI
  • Kemoterapi dan radioterapi pada anak penderita kanker
  • Obat analgesik jenis NSAID seperti ibuprofen dan naproxen

7. Gangguan Penyerapan Nutrisi Lain

Beberapa kondisi gangguan pada proses pencernaan dan penyerapan zat gizi penting seperti lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya pada usus juga membuat anak riskan diare kronis. 

Misalnya pada penyakit celiac yang menyebabkan kerusakan pada usus kecil karena intoleransi gluten, penyakit Crohn, infeksi cacingan, hingga kondisi pasca operasi saluran cerna. 

8. Masalah Kejiwaan atau Psikologis

Tegang dan stres akibat perasaan takut atau cemas yang berlebihan juga bisa memicu gangguan pencernaan dan diare pada sebagian anak. Hubungan antara otak dan sistem pencernaan terkait erat melalui cabang-cabang saraf dan hormon tertentu sehingga konflik batin yang berkepanjangan dapat pula memengaruhi motilitas usus.

Berbagai Dampak Serius Diare yang Perlu Diwaspadai

Diare dengan intensitas ringan hingga sedang pada umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-2 hari. 

Namun, diare akut dan kronis yang terus berlarut-larut dan tidak terkontrol memiliki sejumlah potensi dampak negatif yang sangat merugikan kesehatan serta tumbuh kembang si kecil, seperti: 

1. Dehidrasi akut hingga syok hipovolemik 

Episode diare yang hebat dapat mengakibatkan tubuh kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah banyak melalui feses cair. Ketika keadaan dehidrasi parah yang muncul mendadak ini tidak tertangani dengan baik, berisiko terjadi syok hipovolemik, di mana jantung tidak mampu memompa darah dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh karena volumenya sangat berkurang akibat dehidrasi berat. Kondisi ini sangat gawat urgensi medis yang mengancam jiwa.

2. Kekurangan gizi akut dan kronis

Diare yang berlangsung lama mengganggu efisiensi pada sistem pencernaan dan penyerapan berbagai jenis nutrisi yang penting bagi tubuh. Akibatnya, kebutuhan zat gizi pada anak tidak dapat tercukupi yang mempengaruhi tumbuh kembangnya.

3. Gangguan tumbuh kembang fisik dan mental

Anak-anak di bawah 5 tahun adalah kelompok rentan mengalami perlambatan pertumbuhan fisik dan kognitif jika sering menderita diare. Tidak hanya berat badan, tinggi badan juga berisiko kerdil. Sedangkan kemampuan motorik kasar-halus, bahasa & sosialisasi juga terhambat. 

4. Hipoglikemia atau kadar gula darah rendah

Episode diare pada bayi dan anak yang disertai muntah terus menerus juga bisa membuat gula darah menurun drastis. Gejala awal hipoglikemi meliputi perilaku rewel dan gelisah mendadak, lemas, pusing, hingga tidak sadarkan diri dan kejang-kejang. Bila tidak diberi pertolongan segera, kadar gula yang sangat rendah ini bisa berlanjut menjadi koma hipoglikemi dan fatal. 

5. Cacat permanen pada organ usus akibat infeksi

Untuk jenis infeksi parasit tertentu seperti amebiasis akibat _Entamoeba Histolytica_ serta protozoa Balantidium coli, ada risiko menimbulkan kerusakan permanen pada jaringan usus besar jika tidak ditangani secara intensif. Potensi lain disabilitas jangka panjang pada saluran cerna anak akibat penyakit radang usus seperti kolitis ulserativa.

6. Kematian (mortalitas)

Diare menjadi penyebab kematian nomor 2 pada anak di bawah 2 tahun dan nomor 4 pada balita menurut WHO. Faktor utama tingginya angka kematian penderita diare adalah karena dehidrasi parah yang terlambat ditangani, serta kondisi kedaruratan medis lain seperti hipoglikemia yang tidak terdeteksi atau ditangani dengan cepat.   

Cara Pencegahan Diare Ideal yang Bisa Dilakukan Orang Tua

Cara Pencegahan Diare Ideal yang Bisa Dilakukan Orang Tua

Terjadi pencegahan jauh lebih baik daripada kuratif alias pengobatan ketika anak Anda sudah terlanjur menderita diare. Oleh sebab itu, penting bagi orangtua mengetahui cara efektif mencegah diare pada anak, terutama mereka yang masih balita dan bayi dengan risiko tinggi terjangkit penyakit infeksi saluran cerna. Beberapa upaya preventif meliputi:

1. Menjaga pola hidup bersih anak

Rutinitas cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebelum makan dan setelah buang air kecil / besar harus dicontohkan dan diajarkan pada anak sedini mungkin oleh orang tua. Selain itu menjaga kebersihan mulut dan gigi, serta kuku anak agar tidak kotor juga krusial.

2. Selalu memasak makanan hingga matang sempurna

Pastikan ibu atau pengasuh anak memasak makanan, terutama daging, telur, santan, dan susu secara masak sempurna hingga mendidih agar mikroorganisme patogen mati. Sayur dan buah-buahan juga harus dicuci bersih sebelum dikonsumsi anak.

3. Memberikan ASI eksklusif secara rutin 

Rekomendasi pemberian ASI eksklusif sampai anak berusia 6 bulan sangat penting agar bayi dan balita memiliki sistem kekebalan tubuh prima untuk melawan kuman penginfeksi usus dari makanan atau lingkungan yang tercemar.

4. Membatasi interaksi anak dengan penderita diare

Agar si kecil terhindar tertular dari orang lain yang sedang sakit diare di rumah atau lingkungan tempat tinggal.

5. Memastikan anak mengonsumsi air dan makanan higienis

Orangtua harus berupaya memenuhi standar kesehatan air minum untuk anak, serta menjamin kebersihan bahan makanan dan alat masak di dapur sebagai upaya prevention of foodborne illnesses.

6. Menerapkan perilaku hidup bersih di rumah tangga

Kebersihan lingkungan tempat tinggal serta toilet sangat krusial untuk mencegah kontaminasi tinja dan penyebaran kuman patogen penyebab diare ke makanan atau benda-benda yang sering disentuh anak. 

Cara Penanganan dan Pengobatan Diare pada Anak secara Tepat

Cara Penanganan dan Pengobatan Diare pada Anak secara Tepat

Jika diare pada si kecil tidak kunjung membaik dalam waktu 1-2 hari, disebabkan virus atau bakteri tertentu yang perlu diterapi antibiotik, atau sudah tampak tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. 

Beberapa hal mendasar dalam penanganan diare akut maupun persisten pada anak yang harus diingat orangtua beserta tindakan klinis yang akan diberikan dokter pada pasien pediatri meliputi:

1. Kopi dan Rehidrasi Oral

Kondisi yang paling rentan mengancam jiwa saat anak diare adalah dehidrasi berat karena banyak kehilangan cairan tubuh. Oleh karena itu tindakan rehidrasi atau mengembalikan cairan tubuh melalui pemberian oralit atau larutan garam oral merupakan prioritas utama.

Bila muntah terus, dianjurkan minum oralit secara perlahan-lahan per sendok. Susu formula khusus, sari buah yang tidak asam juga bisa diberikan selain oralit.

2. Pemberian Zinc TabletTamba 

Tablet mineral berdosis rendah yang sudah direkomendasikan WHO ini terbukti efektif membantu diare anak cepat pulih, diberikan selama 10-14 hari berturut-turut.

3. Antibiotik Bila Dibutuhkan

Untuk kasus diare berdarah atau berlendir akibat infeksi bakteri penghasil racun berbahaya seperti _Shigella_ atau _Campylobacter_, obat golongan antibiotik diberikan untuk membunuh kuman penginvasi usus tersebut sehingga diare dan komplikasinya bisa segera diatasi.

4. Obat Antiparasit 

Bila diperlukan bila dipastikan parasit seperti Giardia lamblia dan Entamoeba histolytica yang menyerang usus anak, pemberian obat antiparasit (misalnya metronidazol) dilakukan untuk membasmi parasit penginfeksi saluran cerna agar diare tidak makin parah dan kronis. 

5. Terapi Cairan dan Nutrisi Intravena

Jika terjadi dehidrasi berat dengan syok hipovolemik, bisa jadi diputuskan rawat inap anak untuk diberikan cairan infus dan formula nutrisi melalui pembuluh darah agar dehidrasi dan defisiensi gizi dapat segera teratasi.

6. Terapi Suportif Lainnya

Pemberian obat pengikat racun bakteri, obat untuk mengurangi motilitas usus, antasida, serta analgesik juga dilakukan sesuai indikasi dokter untuk meredakan gejala spesifik lain pada anak selama perawatan diarenya.

Jadi begitu gambaran umum cara mengatasi diare pada anak dari rumah hingga ke fasilitas layanan kesehatan secara profesional dengan standar kedokteran. 

Kuncinya tetap berkolaborasi aktif dengan tenaga medis dan mengamati perkembangan kondisi si kecil secara seksama agar diare dan manifestasi lain akibat dehidrasi maupun infeksi yang dideritanya dapat tertangani secara cepat dan adekuat sebelum makin parah atau fatal.

Kesimpulan

Diare pada anak harus ditangani dengan serius untuk mencegah dehidrasi. Perhatikan pola makan, jaga kebersihan, dan kenali gejalanya. Beri oralit dan makanan lembut untuk mengobati. Bawa ke dokter bila tidak membaik dalam 1-2 hari untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

FAQ tentang diare pada anak

1. Berapa lama diare pada anak biasanya sembuh?

Jawab: Pada umumnya, diare pada anak akan sembuh dalam 1-3 hari jika mendapat penanganan yang tepat. 

2. Mengapa anak sering mengalami diare?

Jawab: Anak rentan diare karena sistem kekebalan tubuhnya masih lemah, sehingga mudah terkena infeksi virus, bakteri, atau parasit penyebab diare. Selain itu, kebiasaan jajan sembarangan juga berisiko.

3. Bagaimana cara mencegah anak diare? 

Jawab: Cara mencegah diare pada anak yaitu menjaga pola makan dan kebersihan, memastikan anak mencuci tangan, menghindari makanan berisiko, dan menjaga daya tahan tubuh dengan nutrisi bergizi.

4. Apa saja gejala diare pada anak yang perlu diwaspadai?

Jawab: Gejala diare pada anak meliputi buang air besar encer/cair lebih dari 3 kali sehari, nafsu makan turun, muntah, demam, dan tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering, mata cekung, dan tangis tanpa air mata.

5. Pengobatan herbal apa yang aman untuk anak diare?

Jawab: Pengobatan herbal yang aman diberikan untuk anak diare antara lain jus buah apel, salep lidah buaya, dan ramuan kunyit asam. Namun tetap konsultasikan dulu dengan dokter.  

6. Kapan orang tua harus membawa anak ke rumah sakit jika diare? 

Jawab: Segera bawa anak ke rumah sakit atau dokter jika mengalami diare lebih dari 2 hari, disertai muntah terus-menerus, demam tinggi, atau gejala dehidrasi seperti pucat dan lemas.

7. Berapa kali sehari boleh buang air besar agar diare anak sembuh?

Jawab: Idealnya, buang air besar anak maksimal 3 kali sehari agar proses pemulihan diare berjalan optimal. Namun yang terpenting, pastikan anak cukup asupan nutrisi dan cairan untuk mencegah dehidrasi.

Baca Juga

Posting Komentar

Harap berkomentar tidak mengganggu ya