Kalila Info - Diare kronis merupakan kondisi di mana seseorang mengalami peningkatan frekuensi buang air besar (defekasi) dalam kurun waktu yang lama, yaitu lebih dari 4 minggu. Diare kronis dapat berdampak buruk pada kualitas hidup dan kesehatan secara keseluruhan.
Pengertian Diare Kronis
Diare kronis dapat didefinisikan sebagai kondisi buang air besar yang tidak normal dan terjadi dalam jangka waktu yang lama, yakni lebih dari 4 minggu.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seseorang dinyatakan menderita diare kronis jika mengalami defekasi tidak normal minimal 3 kali dalam satu hari dalam kurun waktu lebih dari 4 minggu.
Penderita diare kronis akan mengalami perubahan konsistensi tinja yang menjadi lebih cair dibandingkan normalnya. Selain itu, volume tinja yang dikeluarkan juga meningkat drastis hingga 200-300 gram per hari.
Gejala Diare Kronis
Beberapa gejala umum yang biasa muncul pada penderita diare kronis, antara lain:
- Buang air besar encer/cair lebih dari 3 kali sehari dalam jangka waktu lebih dari 4 minggu terus-menerus
- Sering merasa perut kembung dan mulas
- Buang air besar mengandung lendir dan darah
- Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas
- Mual, muntah, serta hilangnya nafsu makan
- Demam dan menggigil
- Lemas dan mudah lelah
- Dehidrasi dengan gejala seperti mulut kering, urin berkurang, dan ubun-ubun cekung
Faktor dan Penyebab Diare Kronis
Beberapa kondisi medis tertentu dapat memicu terjadinya diare kronis, seperti:
1. Infeksi usus
Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, maupun parasit tertentu dapat menyerang usus dan menimbulkan peradangan pada usus besar. Hal ini akan mempengaruhi proses penyerapan cairan dan menyebabkan diare kronis.
Contoh infeksi usus yang dapat menimbulkan diare kronis adalah infeksi bakteri salmonella, campylobacter, shigella, Yersinia, virus Rotavirus, atau infeksi parasit Giardia lamblia.
2. Sindrom iritasi usus besar (IBS)
IBS merupakan gangguan fungsi usus besar kronis yang ditandai dengan diare, konstipasi, kembung, dan nyeri perut tanpa adanya kelainan patologis yang pasti. Kondisi ini diduga berhubungan dengan gangguan interaksi antara usus besar dengan sistem saraf dan hormon.
3. Penyakit radang usus
Penyakit Crohn dan kolitis ulseratif merupakan penyebab utama peradangan kronis pada usus besar yang dapat mengakibatkan diare. Kedua kondisi ini termasuk dalam kelompok penyakit radang usus (inflammatory bowel disease).
4. Malabsorpsi
Gangguan penyerapan zat gizi pada usus, seperti yang terjadi pada penyakit celiac dan intoleransi laktosa dapat memicu diare kronis. Hal ini karena zat-zat yang tidak terserap akan tetap berada di dalam usus dan menarik air.
5. Komplikasi pasca operasi usus
Beberapa pasien yang telah menjalani operasi usus besar tertentu berisiko mengalami diare kronis sebagai komplikasi pasca operasi. Hal ini diakibatkan terganggunya struktur dan fungsi normal usus besar setelah operasi.
6. Diare akibat penggunaan obat tertentu
Obat-obatan tertentu seperti antibiotik, obat antasida yang mengandung magnesium, dan obat tekanan darah tinggi golongan diuretik dapat memicu diare sebagai efek samping pengobatan. Bila pemberian obat dilakukan dalam jangka panjang, maka diarenya juga cenderung berlangsung kronis.
7. Kanker usus
Meskipun jarang, kanker yang mengenai usus besar (colon cancer) juga berpotensi menimbulkan gejala diare persisten dalam jangka panjang.
8. Gangguan hormon
Beberapa kondisi seperti sirosis hati, diabetes melitus, gangguan kelenjar tiroid, dan gangguan hormon adrenal dapat memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh yang memicu terjadinya diare.
Diagnosis Diare Kronis
Untuk menegakkan diagnosis diare kronis, dokter akan melakukan anamnesis terlebih dahulu untuk mendata gejala yang dialami dan riwayat penyakit pasien.
Biasanya dokter juga akan melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab diare kronis, seperti:
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan sampel tinja
- Kolonoskopi untuk melihat kondisi usus besar
- CT Scan atau MRI untuk menilai struktur usus
- Biopsi usus untuk menyingkirkan kemungkinan kanker usus
Melalui kombinasi anamnesis dan pemeriksaan penunjang tersebut, dokter dapat menentukan penyebab pasti diare kronis yang dialami pasien. Dengan demikian, pengobatan yang paling sesuai dan efektif dapat segera diberikan.
Komplikasi Diare Kronis
Jika tidak ditangani dengan tepat, diare kronis berpotensi menimbulkan komplikasi kesehatan yang serius, seperti:
1. Dehidrasi
Diare yang berlangsung lama meningkatkan risiko dehidrasi. Dehidrasi terjadi karena banyak cairan dan elektrolit yang hilang bersama tinja encer. Jika cairan tubuh tidak segera diisi kembali, dehidrasi yang berat bahkan dapat menyebabkan syok dan kegagalan organ.
2. Gangguan keseimbangan elektrolit
Diare kronis dapat mengganggu keseimbangan natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalsium, fosfor, magnesium, dan zink dalam tubuh. Elektrolit dalam jumlah yang tidak seimbang akan membuat organ tubuh tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.
3. Malnutrisi dan kekurangan gizi
Karena makanan tidak dapat dicerna dan diserap dengan baik, diare kronis dapat mengakibatkan kekurangan gizi. Gizi dan kalori yang diperlukan tubuh menjadi berkurang sehingga berisiko malnutrisi. Kondisi ini terutama berbahaya bagi bayi, balita, dan lanjut usia.
4. Nyeri perut kronis
Diare persisten dapat memicu peradangan pada lapisan usus sehingga timbul rasa nyeri kronis pada perut yang tidak kunjung membaik.
Pengobatan Diare Kronis
Tujuan pengobatan utama pada kasus diare kronis adalah mengatasi dehidrasi, mengganti cairan dan elektrolit yang hilang, serta menyingkirkan faktor pencetus diare apabila memungkinkan.
Beberapa jenis pengobatan umum yang dapat diberikan untuk mengatasi diare kronis meliputi:
1. Rehidrasi oral
Pemberian cairan dan elektrolit secara oral sangat penting untuk mencegah dan mengobati dehidrasi akibat diare kronis. Secara umum, larutan rehidrasi oral yang dianjurkan adalah larutan WHO yang mengandung gula, garam, dan air.
Namun beberapa kondisi medis tertentu memerlukan larutan rehidrasi khusus dengan kandungan elektrolit yang lebih spesifik. Dokter akan menentukan jenis larutan rehidrasi oral yang paling sesuai untuk masing-masing pasien.
2. Obat diare
Obat yang sering diresepkan untuk kasus diare kronis antara lain loperamid, difenoksilat, atau probiotik. Loperamid dan difenoksilat bekerja dengan memperlambat pergerakan usus dan meningkatkan penyerapan air agar tinja menjadi lebih padat. Sementara probiotik bermanfaat untuk mengembalikan keseimbangan mikroflora usus normal.
Namun obat-obatan tersebut hanya bersifat sementara untuk meredakan gejala. Pengobatan tambahan tetap diperlukan untuk menyembuhkan penyebab dasar diare kronisnya.
3. Antibiotik
Pada kasus diare infeksius akibat bakteri atau parasit tertentu, antibiotik menjadi pilihan pengobatan yang tepat. Jenis antibiotik yang diberikan tergantung pada jenis patogen penyebabnya. Antibiotik bekerja dengan cara membunuh kuman penyebab infeksi tersebut.
4. Obat pereda peradangan
Jika diare disebabkan oleh peradangan usus akibat penyakit Crohn, kolitis ulseratif, atau IBS, dokter dapat memberikan kortikosteroid atau obat pereda radang non-steroid seperti mesalazin untuk meredakan peradangan dan diarenya.
5. Pengobatan penyakit penyebab
Diare kronis yang disebabkan oleh kondisi medis tertentu seperti diabetes melitus, hipotiroidisme atau sirosis hati memerlukan terapi untuk menyembuhkan penyakit yang mendasarinya tersebut. Bila penyakit penyebabnya terkontrol dengan baik, diare umumnya juga akan membaik.
6. Modifikasi pola makan
Membatasi konsumsi lemak, laktosa, fruktosa atau gula sederhana tertentu yang memicu diare dapat membantu mengendalikan gejala. Sementara mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih juga direkomendasikan.
Cara Mencegah Diare Kronis
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare kronis antara lain:
- Menjaga kebersihan dan keamanan makanan
- Membiasakan cuci tangan
- Mengonsumsi makanan yang matang dan masak sempurna
- Minum air bersih dan tidak mengonsumsi es dari air keruh/tidak pasti
- Menjaga kebersihan lingkungan
- Memeriksakan diri ke dokter bila buang air besar tidak normal lebih dari 2 hari.
- Melakukan deteksi dini dan pengobatan yang tepat atas penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan gangguan tiroid.
- Menerapkan pola hidup sehat dengan diet seimbang, aktivitas fisik teratur, dan manajemen stres yang baik.
Prognosis Diare Kronis
Prognosis atau perkiraan arah penyakit diare kronis sangat bergantung pada penyebabnya. Pada kasus diare kronis akibat infeksi, prognosisnya umumnya baik dan akan sembuh total apabila mendapatkan pengobatan anti infeksi yang adekuat.
Sementara itu, penyakit sistemik yang menimbulkan kerusakan struktural pada usus seperti penyakit Crohn dan colitis ulcerative memiliki prognosis yang lebih buruk karena bersifat kambuhan dan hanya bisa dikontrol gejalanya. Namun dengan pemantauan medis secara rutin dan pengobatan yang tepat, prognosisnya masih dapat diperbaiki.
Oleh karena itu sangat penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami diare persisten agar dapat segera ditegakkan diagnosis penyebabnya dan mulai diberikan pengobatan. Semakin cepat penyebab terdeteksi dan pengobatan yang adekuat diberikan, semakin baik prognosis diare kronis yang dialami.
Kesimpulan
Diare kronis merupakan kondisi buang air besar tidak normal yang berlangsung lama, yaitu lebih dari 4 minggu. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi usus, sindrom iritasi usus besar, atau penyakit sistemik tertentu.
Gejala khas diare kronis meliputi buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari disertai gejala tambahan seperti nyeri perut, mual, hingga penurunan berat badan. Tanpa pengobatan yang memadai, diare kronis berisiko menimbulkan komplikasi serius seperti dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Oleh karena itu, setiap penderita diare kronis memerlukan pemeriksaan medis menyeluruh guna menemukan penyebabnya. Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, pengobatan spesifik dapat diberikan untuk menyembuhkan atau setidaknya mengendalikan diare kronis beserta gejala-gejalanya.
Dengan penatalaksanaan yang tepat dan pemantauan rutin, prognosis penderita diare kronis pada umumnya masih baik asalkan tidak ada kerusakan permanen pada usus. Namun tetap diperlukan kerja sama yang optimal antara pasien dan tim medis demi mencapai hasil pengobatan terbaik.
FAQ
1. Apakah diare kronis dapat sembuh total?
Jawaban: Pada kasus diare kronis akibat infeksi atau intoksikasi zat tertentu, penyembuhan total masih sangat mungkin terjadi apabila mendapat pengobatan yang tepat.
Namun pada beberapa kasus diare kronis lainnya seperti akibat IBS, kolitis ulseratif atau penyakit Crohn, penyembuhan total sulit tercapai. Meski demikian gejala diarenya tetap bisa dikontrol agar kualitas hidup pasien tetap terjaga.
2. Apakah anak-anak juga bisa mengalami diare kronis?
Jawaban: Ya, diare kronis dapat terjadi baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Beberapa penyebab diare kronis seperti intoleransi laktosa dan infeksi parasit usus bahkan lebih sering terjadi pada anak-anak.
Oleh karena itu orangtua wajib waspada dan segera bawa anak ke dokter jika buang air besar tidak normalnya sudah berlangsung lebih dari 2 minggu agar dapat segera ditangani.
3. Apakah penderita diare kronis boleh minum susu?
Jawaban: Pada beberapa kasus diare kronis, konsumsi susu dan produk olahannya yang mengandung laktosa perlu dihindari karena dapat memicu diare.
Namun pada kasus lain, susu dan produk dairy lainnya masih tetap boleh dikonsumsi secara terbatas, terutama untuk mencegah malnutrisi pada balita dan lansia. Oleh karena itu, pembatasan asupan laktosa perlu disesuaikan dengan kondisi dan penyebab diare kronis masing-masing penderita. Konsultasikan dengan dokter untuk rekomendasi yang lebih spesifik.
4. Apakah penderita diare kronis harus minum obat seumur hidup?
Jawaban: Tidak selalu. Untuk kasus diare infeksius, pemberian obat biasanya hanya diperlukan sementara sampai infeksinya sembuh. Tapi pada beberapa kasus seperti diare akibat kolitis ulseratif, obat memang harus diminum secara teratur dan jangka panjang agar kondisinya tetap stabil dan terkontrol.
Jadi durasi pemberian obat tergantung penyakit penyebab diare kronisnya. Diskusikan dengan dokter mengenai prognosis dan rencana pengobatan jangka panjang Anda agar lebih jelas.