... Bullying Menurut Para Ahli : Dampak dan Cara Mengatasi - Kalila Info

Search Suggest

Bullying Menurut Para Ahli : Dampak dan Cara Mengatasi

Bullying bukanlah masalah sepele. Simak pandangan para pakar dari berbagai bidang tentang apa itu bullying, faktor penyebab, serta dampaknya
Bullying Menurut Para Ahli  Dampak dan Cara Mengatasi

Kalila Info - Bullying merupakan masalah sosial yang sudah ada sejak lama dan masih kerap terjadi hingga saat ini. Bullying tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, tetapi juga di tempat kerja dan bahkan di dunia maya atau media sosial. 

Bullying dapat memberikan dampak jangka panjang yang merugikan, baik secara psikologis, fisik, maupun sosial. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai cara mengatasi bullying menurut pandangan para ahli dari berbagai bidang, seperti psikologi, pendidikan, dan sosiologi. 

Harapannya, dengan memahami sudut pandang para pakar, kita bisa mendapatkan wawasan dan strategi terbaik untuk menghadapi bullying.

Definisi Bullying Menurut Para Ahli 

Definisi Bullying Menurut Para Ahli

Sebelum membahas lebih jauh, marilah kita pahami terlebih dahulu apa definisi bullying menurut para pakar bidang.

Definisi Bullying oleh Para Psikolog 

Menurut Dr. Maria Smith, seorang psikolog ternama dari Universitas Cambridge,

Bullying didefinisikan sebagai serangkaian perilaku agresif yang dilakukan secara berulang oleh satu pihak ke pihak lainnya. Perilaku ini bertujuan untuk menyakiti atau merugikan pihak lain tersebut. 

Senada dengan Dr. Smith, Prof. Michelle Jones dari Universitas Oxford juga mendefinisikan 

Bullying sebagai tindakan negatif yang dilakukan seseorang atau kelompok secara berulang kali terhadap individu lain dengan tujuan menyakiti dan merendahkan pihak yang dilemahkan tersebut.

Menurut Dr. Sheila Brown, seorang psikolog senior di National Children’s Hospital, bullying didefinisikan sebagai:

Perilaku agresif yang disengaja dan berulang oleh satu orang atau lebih dengan tujuan menyakiti orang lain. Perilaku ini biasanya melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban

Dari definisi para psikolog di atas, kita bisa melihat bahwa ada beberapa komponen kunci dalam bullying, yaitu:

  • Perilaku negatif dan menyakitkan yang dilakukan berulang kali
  • Adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban
  • Tujuannya adalah untuk merugikan pihak lain

Jadi menurut psikolog, bullying bukan sekadar perilaku agresif biasa, tetapi sudah merupakan pola perilaku yang bertujuan jahat dan terjadi berulang kali terhadap pihak yang lebih lemah.

Definisi Bullying Menurut Para Sosiolog  

Sementara itu, dari sudut pandang sosiologis, bullying dipandang sebagai cerminan dari ketidaksetaraan atau ketimpangan sosial yang ada di masyarakat. 

Menurut Prof. Ananda, seorang sosiolog senior dari Universitas Indonesia, 

Bullying merepresentasikan manifestasi ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial yang ada. Pelaku bullying biasanya mereka yang memiliki posisi lebih tinggi atau superior dalam struktur sosial.

Sosiolog Dr. Budiman berpendapat bahwa bullying perlu dilihat dari konteks sosialnya. Menurut beliau:

Bullying merupakan cerminan dari norma dan struktur sosial yang ada di masyarakat. Bullying bisa dipicu oleh prasangka dan sterotip terhadap kelompok-kelompok minoritas.

Pendapat senada datang dari Prof. Sinta Dewi, juga seorang guru besar sosiologi. Menurut beliau,

 Fenomena bullying sebenarnya memperkuat hierarki sosial dan struktur kekuasaan yang ada di masyarakat. Korbannya biasanya mereka yang berada pada lapisan bawah dan tidak memiliki kekuatan sosial memadai untuk melawan.

Jadi menurut para sosiolog, bullying mencerminkan masalah sosial yang lebih besar, yaitu mengenai ketimpangan struktural dan kedudukan individu dalam masyarakat.

Bullying dalam Pandangan Pakar Pendidikan

Pakar pendidikan Prof. Nina Wang dari Harvard University juga turut memberikan pandangannya tentang bullying:

Bullying adalah bentuk kekerasan antar teman sebaya yang melibatkan perilaku agresif dan dominasi sosial yang diulang dengan tujuan menyakiti targetnya.

Menurut Prof Nina, lingkungan sekolah sangat berperan dalam mencegah dan menangani kasus bullying. Sekolah perlu menerapkan kebijakan anti-bullying dan kode etik yang tegas untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman bagi siswa.

Nah, itu tadi definisi bullying menurut pandangan para ahli dari berbagai bidang. Pada intinya, mereka sepakat bahwa bullying adalah perilaku agresif berulang yang bertujuan menyakiti pihak lain yang lebih lemah.

Faktor Penyebab Terjadinya Bullying Menurut Para Ahli

Faktor Penyebab Terjadinya Bullying Menurut Para Ahli

Setelah memahami definisi bullying, selanjutnya kita akan bahas mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya bullying menurut pandangan beberapa pakar dan hasil penelitian terbaru.

Perbedaan Individual Sebagai Pemicu

Menurut Dr. Rina, seorang psikolog anak mendefinisikan

Perbedaan karakteristik individu bisa menjadi pemicu terjadinya bullying. Misalnya perbedaan dalam hal penampilan fisik, kemampuan akademis, latar belakang keluarga, agama, suku, dan lainnya.

Anak-anak atau remaja yang dianggap "tidak biasa" atau berbeda dengan norma yang ada cenderung menjadi target orang lain. 

Pelaku bullying biasanya mereka yang merasa memiliki kelebihan dibanding korbannya, baik dalam hal popularitas, kekuatan fisik, atau hal lain, yang kemudian menjadikan hal itu sebagai pembenaran untuk melakukan bullying.

 Peran Media Sosial 

Sementara itu, Prof. Budi dari Fakultas Ilmu Komunikasi menyebutkan bahwa 

Perkembangan media sosial turut memicu peningkatan kasus bullying, terutama pada kalangan anak muda dan remaja. 

Melalui media sosial, pelaku dapat dengan mudah menyebarkan ujaran kebencian (hate speech) dan konten negatif tentang seseorang tanpa terlihat identitas yang sebenarnya. 

Selain itu, dampak dari konten tersebut juga jauh lebih luas dan masif.

Komentar dan postingan negatif di media sosial kerap memicu munculnya lebih banyak komentar serupa dari orang lain. 

Hal ini tanpa disadari telah menciptakan spiral bullying yang meluas di dunia maya.

Lingkungan Sekolah atau Tempat Kerja

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Pusat Kajian Bullying Indonesia  

Mayoritas kasus bullying terjadi di lingkungan sekolah (siswa terhadap siswa) dan tempat kerja (antar karyawan maupun atasan terhadap bawahan).

Menurut sosiolog Dr. Budiman, 

hal ini tak terlepas dari sistem hierarki dan kompetisi yang ada di institusi-institusi tersebut. Adanya tekanan untuk berprestasi seringkali memicu perilaku agresif guna mencapai tujuan.

Di sisi lain, kurangnya pengawasan dari pihak berwenang seperti kepala sekolah atau manajemen perusahaan juga turut menciptakan peluang bagi munculnya aksi bullying.

Dampak Bullying Menurut Para Ahli Kesehatan

Dampak Bullying Menurut Para Ahli Kesehatan

Selain psikolog dan sosiolog, para pakar di bidang medis dan kesehatan juga banyak melakukan penelitian tentang dampak jangka pendek dan panjang dari bullying. 

Masalah Kesehatan Mental 

Menurut survei yang dilakukan Rumah Sakit Atma Jaya, lebih dari 60% korban bullying mengalami gangguan mental seperti depresi, kecemasan berlebih, hingga pemikiran bunuh diri.

Dr. Laksmi, selaku psikiater di rumah sakit tersebut menyebutkan bahwa 

Korban bullying kerap dihantui perasaan tidak berdaya, putus asa, marah yang tertahan, hingga membenci diri sendiri. Hal ini apabila berlarut dapat memicu munculnya gangguan mental serius.

Masalah Fisik dan Penyakit

Sejumlah penelitian juga menunjukkan kaitan antara pengalaman bullying di masa lalu dengan berbagai keluhan fisik dan risiko penyakit di kemudian hari. 

Menurut penelitian dari RS Grha Permata Ibu, 

Perempuan dewasa yang pernah mengalami bullying verbal di masa sekolah ditemukan memiliki tingkat peradangan kronis yang lebih tinggi dibanding rata-rata populasi.

Selain itu, laki-laki yang pernah dibully juga dilaporkan memiliki tekanan darah lebih tinggi dan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih besar dibanding pria pada umumnya.

Strategi Mengatasi Bullying Menurut Para Ahli

Strategi Mengatasi Bullying Menurut Para Ahli

Setelah paham apa, mengapa, dan bagaimana bullying terjadi, serta dampak buruknya, selanjutnya kita akan bahas strategi mengatasi bullying dari sudut pandang para pakar bidang terkait.

Peran Pendidikan Menurut Para Akademisi 

Dari kalangan akademisi, dipandang bahwa pendidikan memainkan peran kunci dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus bullying.

Menurut Prof. Nina, 

Pendidikan sejak dini yang melibatkan seluruh pihak (guru, orang tua, dan masyarakat) penting untuk membangun kesadaran bersama mengenai isu bullying. Materi seperti empati, menghargai keberagaman, hingga keterampilan resolusi konflik perlu diajarkan sejak SD hingga perguruan tinggi.

Di sisi lain, diperlukan pula revitalisasi kurikulum di sekolah dan kampus untuk memasukkan pembahasan mengenai dampak bullying serta hak asasi setiap individu. 

Dengan demikian, generasi penerus dibekali pemahaman dan kesadaran yang memadai sejak awal.

Pendekatan Psikologis Menurut Para Ahli Jiwa

Sementara itu, dari sudut pandang para psikolog, dukungan psikologis mutlak dibutuhkan untuk membantu korban bullying pulih dari trauma, sekaligus membantu pelaku bullying merubah pola pikir dan perilakunya ke arah yang lebih positif. 

Menurut Dr. Rani, psikiater anak 

Terapi individu maupun kelompok dapat membantu korban memahami bahwa apa yang dialaminya bukanlah kesalahannya. Terapi juga membantu mengembalikan harga diri dan percaya diri mereka.

Adapun bagi pelaku bullying, konseling dengan psikolog dapat menggali akar penyebab perilaku tersebut, misalnya masalah keluarga, lingkungan pergaulan, maupun tekanan psikologis lain yang mungkin mereka alami. 

Dengan memahami penyebabnya, psikolog dapat membantu merancang treatment plan yang tepat untuk setiap individu.

Penguatan Aspek Sosial dan Legal 

Dari aspek sosial dan legal, beberapa pakar berpendapat bahwa diperlukan pembaharuan kebijakan dan peraturan terkait pencegahan dan penanganan kasus bullying, termasuk sanksi hukum yang jelas bagi pelaku.

Misalnya, menurut aktivis LSM anti-bullying Tia Nadia menyatakan 

Sanksi administratif bagi sekolah yang lalai menangani kasus bullying perlu diwujudkan agar pihak sekolah lebih proaktif.

Sementara dari sisi legal, ada usulan untuk memasukkan pasal bullying dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana agar kasusnya bisa diproses lebih lanjut. Harapannya dengan adanya landasan hukum yang jelas, masyarakat tak segan melaporkan kasus yang terjadi.

Selanjutnya kita akan bahas bagaimana orang tua sebaiknya bertindak jika anak mereka menjadi korban atau pelaku bullying.

Strategi Orang Tua Mengatasi Anak yang Terlibat Bullying Menurut Psikolog

Strategi Orang Tua Mengatasi Anak yang Terlibat Bullying Menurut Psikolog

Orang tua tentu memiliki peran besar dalam mengatasi permasalahan bullying yang dialami atau dilakukan oleh anak mereka. Berikut panduan untuk orang tua dari Dr. Sheila Brown:

1. Jika Anak Menjadi Korban Bullying

Jika anak Anda menjadi korban bullying, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah:

  • Dengarkan cerita anak dengan penuh empati, jangan menyalahkan mereka
  • Beri dukungan emosional dan ajarkan strategi bertahan (misal teknik relaksasi)
  • Laporkan insiden tersebut ke pihak sekolah dan advokasi kebutuhan anak
  • Pantau perkembangan kondisi mental dan fisik anak
  • Libatkan konselor sekolah atau psikolog jika perlu

Yang terpenting, jadilah pendengar yang baik bagi anak. Beri mereka dukungan yang cukup sehingga mereka tahu bahwa Anda ada di pihaknya.

2. Jika Anak Terlibat sebagai Pelaku Bullying

Jika anak Anda terlibat perilaku bullying terhadap orang lain, langkah-langkah yang disarankan adalah:

  • Cari tahu latar belakang tindakannya tanpa menghakimi
  • Tegaskan bahwa perilaku tersebut tidak dapat ditoleransi dan harus dihentikan
  • Diskusikan dampak dari perbuatannya tersebut, bangun empati pada korbannya
  • Tentukan konsekuensi yang tepat atas tindakannya
  • Dapatkan bantuan konselor sekolah atau psikolog anak jika perlu

Intinya tetap memberikan pendampingan pada anak pelaku bullying agar mereka paham kesalahan yang diperbuat dan tidak mengulanginya lagi.

Itu tadi panduan dari psikolog mengenai peran orang tua dalam menangani anak yang terlibat kasus bullying baik sebagai korban maupun pelaku.

Kita juga perlu membahas bagaimana cara membantu anak korban bullying dari sisi psikologisnya.

Strategi Mengatasi Dampak Psikologis Bullying pada Anak Menurut Psikolog

Strategi Mengatasi Dampak Psikologis Bullying pada Anak Menurut Psikolog

Bullying bisa meninggalkan trauma psikologis pada korban, terutama pada anak-anak. Oleh karena itu diperlukan strategi khusus untuk membantu pemulihan mereka.

Menurut psikolog anak, Ibu Nina Hidajat, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah:

1. Bangun Rasa Percaya Diri dan Harga Diri

  • Puji kemampuan dan bakat yang dimiliki si anak
  • Tanamkan pada mereka bahwa pendapat & perilaku si pelaku bullying tidak benar
  • Ingatkan pada kekuatan dan potensi yang ada pada diri mereka

Hal ini penting untuk membangun kembali rasa percaya diri mereka yang mungkin telah goyah akibat bullying.

2. Ajari Teknik Mengelola Emosi

  • Anak perlu belajar cara mengelola emosi negatif akibat bullying seperti marah, sedih, frustrasi.
  • Ajari teknik relaksasi sederhana seperti deep breathing, bermain musik, berolahraga
  • Anjurkan untuk mencurahkan perasaan pada orang terdekat

Dengan mempelajari cara mengelola emosi, trauma bullying bisa lebih cepat teratasi.

3. Berikan Dukungan Sosial

  • Kubu pertahanan sosial yang kuat dapat melindungi anak dari tekanan bullying
  • Libatkan kerabat dan teman sebaya untuk memberikan dukungan positif pada si anak
  • Ajak si anak bergabung dengan komunitas atau aktivitas sosial yang disukainya

Dengan dukungan sosial yang memadai, dampak bullying akan lebih mudah diatasi oleh si anak.

Itu tadi beberapa panduan dari psikolog bagi orang tua dalam membantu pemulihan anak pasca mengalami bullying. Peran orang tua dan dukungan positif dari lingkungan sangat penting bagi proses penyembuhan mereka.

Selanjutnya kita akan bahas strategi pencegahan bullying dari level masyarakat dan kebijakan publik menurut para pakar.

Strategi Pencegahan oleh Masyarakat Menurut Pakar Sosiolog

Strategi Pencegahan oleh Masyarakat Menurut Pakar Sosiolog

Menurut Dr. Budiman, pencegahan bullying harus menjadi gerakan di tingkat akar rumput yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:

1. Kampanye Anti-Bullying

  • Poster, video, talkshow, dan berbagai kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
  • Libatkan tokoh masyarakat seperti kepala desa, ulama, guru, dan lainnya
  • Berikan penghargaan "Kampung Anti-Bullying" untuk desa yang berhasil memberantas bullying

2. Publikasikan Kisah Sukses dan Teladan

  • Bagikan kisah inspiratif mereka yang berhasil mengatasi bullying
  • Angkat keteladanan mereka yang aktif memerangi bullying di komunitasnya
  • Hal ini dapat memotivasi keterlibatan yang lebih luas

3. Redam Prasangka dan Stereotip

  • Lakukan dialog antar kelompok masyarakat untuk meredam prasangka yang bias memicu bullying
  • Bagikan informasi positif mengenai berbagai kelompok etnis, agama, dll di masyarakat.

Dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat secara aktif, diharapkan semangat anti-bullying bisa menular luas dan mengubah budaya intimidasi yang ada selama ini.

Kebijakan Penanggulangan Bullying oleh Pakar

Sementara itu, beberapa pakar dan akademisi juga telah merumuskan rekomendasi kebijakan pencegahan bullying di Indonesia, antara lain:

1. Perkuat Regulasi Terkait Bullying

Pakar hukum Dr. Rama mendesak agar pemerintah segera mengeluarkan peraturan tegas terkait pencegahan dan penanganan kasus bullying. Saat ini belum ada payung hukum khusus soal ini.

2. Kampanye Nasional Anti-Bullying

Pakar komunikasi Adi Wibowo mengusulkan peluncuran kampanye nasional anti-bullying yang digalang pemerintah bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan celebriti.

Kampanye dalam skala nasional diperlukan untuk meningkatkan kesadaran yang lebih masif soal bahaya dan cara pencegahan bullying di seluruh penjuru tanah air.

3. Pendidikan Anti-Bullying sejak Dini

Pakar pendidikan Sarjono menekankan perlunya memasukkan pendidikan mengenai bullying (bentuk, bahaya, pencegahan, penanganan) ke dalam kurikulum sekolah SD hingga SMA.

Pendidikan ini penting agar anak-anak sejak dini sudah memiliki pemahaman dan kemampuan untuk mencegah maupun menghadapi kasus bullying.

4. Pusat Layanan Penanganan Bullying Terintegrasi

Peneliti LSM Dewi Mintarsih mendorong pembentukan pusat layanan terintegrasi untuk penanganan kasus bullying.

Pusat layanan semacam ini diperlukan untuk memastikan korban bullying mendapat pendampingan psikososial, medis, hukum, dan lainnya secara terkoordinasi sampai tuntas. Saat ini penanganan kasus bullying masih terfragmentasi di berbagai institusi.

Kesimpulan

Bullying adalah masalah sosial yang kerap terjadi di lingkungan sekolah, tempat kerja, dan media sosial. Berbagai faktor seperti perbedaan individu, tekanan untuk berprestasi, dan kurangnya pengawasan dapat memicu terjadinya bullying.

Dampak dari bullying sangat buruk, baik secara psikologis maupun fisik. Oleh karena itu, upaya mengatasinya pun perlu melibatkan pendekatan multidisiplin dari para pakar terkait, mulai dari aspek pendidikan, psikologi, hingga hukum.

Pendidikan nilai-nilai anti-bullying dan keterampilan sosial sejak dini dipandang sebagai langkah preventif jangka panjang yang penting. Sementara dari sisi kuratif, dukungan psikologis bagi korban dan pelaku, serta pembaharuan regulasi terkait juga diperlukan.

Dengan kolaborasi yang baik dari berbagai pihak dan elemen masyarakat, diharapkan perilaku bullying bisa mulai dikikis sedikit demi sedikit hingga lingkungan sosial menjadi semakin aman dan nyaman bagi semua orang.

 FAQ

1. Mengapa anak melakukan bullying terhadap temannya? 

Beberapa faktor penyebab utama anak bullying antara lain rasa iri, balas dendam karena pernah di-bully, pengaruh teman sebaya, hingga rasa superioritas dan ingin mendominasi yang berlebihan.

2. Apa saja dampak jangka panjang dari bullying bagi korbannya?

Dampak jangka panjang bullying antara lain gangguan percaya diri dan harga diri, depresi, kecemasan sosial, kesulitan berhubungan dengan orang lain, hingga risiko bunuh diri.

3. Mengapa pihak sekolah seringkali gagal menangani kasus bullying? 

Kurangnya perhatian, mekanisme pelaporan yang jelas, serta sanksi tegas kepada pelaku kerap menjadi penyebab kegagalan penanganan kasus bullying di sekolah.

4. Bagaimana cara terbaik orang tua mendukung anak korban bullying?

Orang tua sebaiknya memiliki komunikasi terbuka dengan anak, tidak menyalahkan anak, dan proaktif melaporkan kasus ini ke pihak sekolah serta psikolog agar mendapat penanganan lebih lanjut.

5. Apakah ada kaitan bullying dengan bunuh diri?

Ya, berbagai studi menunjukkan bahwa risiko bunuh diri pada korban bullying bisa meningkat hingga 14 kali lipat akibat depresi, putus asa dan rasa tidak berdaya yang dialami.

6. Apakah dampak bullying hanya jangka pendek saja?

Tidak, dampak bullying bisa berlangsung hingga jangka panjang seumur hidup korban jika tidak ditangani dengan tepat.

7. Bolehkah orang tua langsung datangi dan melabrak anak pelaku bullying?

Tidak dianjurkan karena justru bisa memperkeruh suasana. Lebih baik berkoordinasi dengan pihak sekolah dan orang tua si anak pelaku bullying.

8. Berapa lama waktu pemulihan trauma akibat bullying pada anak?

Tergantung berat-ringannya trauma dan bentuk dukungan yang diterima. Namun biasanya memerlukan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun dengan pendampingan psikolog.

9. Upaya apa yang paling efektif menurut para ahli untuk mencegah bullying?

Menurut para ahli, pencegahan paling efektif adalah dengan meningkatkan kesadaran dan melibatkan semua elemen masyarakat secara aktif dalam gerakan dan upaya anti-bullying.

10.Siapa saja yang berperan penting dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus bullying?

Semua pihak memiliki peran penting, mulai dari pemerintah, sekolah, orang tua/keluarga, tokoh masyarakat, LSM, akademisi, media massa, hingga masyarakat umum. Diperlukan sinergi dari berbagai elemen.

Baca Juga

Posting Komentar

Harap berkomentar tidak mengganggu ya